28 Mei 2008

INDONESIA DAN PROBLEMATIKANYA

Mardanih

Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Jagakarsa,


Indonesia merupakan negara yang terletak di garis katulistiwa yang memiliki ribuan pulau kecil maupun besar. Secara de jure dan de facto Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa banyaknya, tanahnya sangat subur untuk ditanami, sedangkan kekayaan laut dan barang tambangnya melimpah ruah. Namun apa yang terjadi pada kehidupan masyarakatnya hingga kini? Kemiskinan dan kemelaratan masih terus melekat pada bangsa ini. 63 tahun sudah republik ini merdeka namun hingga kini tidak ada kemajuan yang berarti bagi rakyat republik ini, kesulitan dan kesulitan lagi masih terus mengiringi kehidupan masyarakat di republik ini. Salah satu contohnya dapat kita lihat dalam dua bulan terakhir ini (Maret – April) masyarakat sangat terpukul dengan naiknya berbagai macam harga kebutuhan pokok yang melonjak tajam. Di Pekan Baru misalnya, harga minyak goreng curah mencapai Rp. 13.000/kg dari sebelumnya Rp. 11.000/kg, sedangkan harga minyak goreng kemasan yang tadinya Rp. 12.000/kg kini telah mencaoai Rp. 12.500/kg, harga cabai merah yang tadinya Rp. 20.000/kg kini mencapai Rp. 40.000/kg, gula pasir yang tadinya Rp. 6800/kg kini menjadi Rp. 7400/kg (wapada online). Sedangkan di Bandung harga telur ayam naik dari harga Rp. 12.000 menjadi Rp. 12.800/kg dan di Yogyakarta harga daging ayam naik dari Rp. 15.000/kg menjadi Rp. 16.500/kg yang mengakibatkan omzet penjualan para pedagang turun sebesar 50% (www.metrotv-news.com).

Hal-hal tersebut merupakan sedikit dari kesulitan yang dialami oleh masyarakat kita yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah (rakyat kecil), sudah barang-barang kebutuhan pokok harganya melambung tinggi masyarakat kecil juga harus dihadapkan pada kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah untuk memasak kebutuhan pokoknya tersebut. Hampir disetiap segmen berita di televisi maupun media lainnya kita diperlihatkan pada antrian masyarakat dalam membeli minyak tanah, yang antriannya melebihi antrian orang yang hendak beli tiket transportasi ketika akan mudik lebaran, dan sialnya lagi banyak diantara mereka yang sudah mengantri berjam-jam lamanya yang akhirnya harus pulang dengan tangan hampa karena kehabisan, dan hal tersebut hampir terjadi di seluruh wilayah negeri ini. Kebijakan pemerintah yang mengkonversi pemakaian minyak tanah ke gas justru menimbulkan masalah baru bagi masyarakat, ketika minyak tanah sulit untuk didapatkan dan mahal harganya, gas yang menurut pemerintah merupakan solusi penganti minyak tanah justru harganya meroket dan susah untuk didapatkan, di Jakarta misalnya tabung gas dan isinya yang mencapai 12 kg mencapai harga Rp. 700-750 ribu (Kompas,15-4-08).

Mahalnya dan sulitnya BBM dan gas yang terjadi sekarang ini jelas salah satu faktor pemicunya ialah karena BUMN-BUMN yang bergerak dalam sektor energi yang jelas-jelas mempengaruhi hajat hidup orang banyak telah dijual oleh pemerintah dengan dalih privatisasi kepada pihak asing (kapitalis).

Kenaikan harga minyak dunia yang saat ini sudah menembus 120 US Dollar/barrel tentu semakin menambah keadaan semakin sulit saja di negeri kita ini. Belum lagi pengaruh krisis pangan yang terjadi di negara-negara di Asia-Afrika yang diakibatkan salah satunya dikarenakan gagal panen para petani dan banyaknya para petani yang menjual dan beralih dari menanam kebutuhan pokok kepada bahan enegi alternatif yang sekarang sedang digembar-gemborkan yang secara otomatis akan memicu kenaikan berbagai macam barang-barang kebutuhan pokok tadi. Walaupun Indonesia memiliki tanah yang subur tetapi pada kenyataannya masih banyak kebutuhan pokok yang kita impor dari luar negeri, misalnya kedelai, beras, daging, dsb.

Kenaikan harga kebutuhan pokok dan BBM semakin membuat masyarakat kecil “tercekik” dan semakin sulit menjalankan roda kehidupannya, karena penghasilan yang pas-pasan atau bahkan kurang harus dipaksakan untuk dapat mencukupi kebutuhannya sampai ia mendapatkan lagi penghasilannya di bulan berikutnya. Oleh karena itu tidak jarang kita temui sekarang ini masyarakat kita yang mengkonsumsi nasi aking dan ubi-ubian sebagai penganti makanan pokok dikarenakan keterbatasan ekonomi tadi dan ketidakmampuan mereka untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang terus menerus melambung tinggi harganya. Hal tersebut tentu saja membuat kita binggung akan negeri ini yang secara nyata memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, memiliki tanah yang subur dan merupakan salah satu negara penghasil minyak tetapi pada kenyataannya menjadi negeri yang miskin dan tidak dapat menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Pada tahun 1990-an ketika harga minyak dunia mengalami penurunan saat itu Indonesia bersedih akan hal tersebut namun ketika sekarang harga minyak dunia naik melambung tinggi Indonesiapun sedih atas hal tersebut, lalu yang menjadi pertanyan sekarang adalah kapan kita bisa senang atas minyak yang kita miliki?

Melihat kondisi di atas apa yang dilakukan oleh pemerintah justru jauh dari harapan, pemerintah justru berencana menambah hutang luar negerinya. Pemerintah dan Panitia Anggaran DPR menyepakati untuk menambah target hutang luar negeri dalam menutup defisit APBN Perubahan 2008 dari 19.1 trilyun menjadi 26.4 trilyun, yang mana sumber utamanya akan diperoleh dari tiga kreditor utama Indonesia, yaitu World Bank, Bank Pembangunan Asia dan Jepang. (www.pajak.go.id). Padahal kalau kita cermati salah satu penyebab ambruknya ekonomi Indonesia yang diawali dengan krisis ekonomi tahun 1997 adalah lilitan hutang luar negeri yang besar, dan anehnya sepertinya pemerintah tidak pernah mau belajar dari pengalaman, sampai dengan sekarang yang saya dapat dari Kompas, 15-4-2008, hutang pemerintah bertambah menjadi Rp. 97.7 trilyun, dan menurut data yang saya dapat dari Bapak Tjatur Anggota DPR-RI Komisi VII pada saat dialog energi bersama Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Dirut PLN Fahmi Muhtar di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, hutang luar negeri Indonesia saat ini telah mencapai ± 140 milyar US Dollar. Astagfirullahaladzim jumlah yang sangat besar sekali ya…

Hal-hal di atas tersebut ternyata belum cukup untuk membuka mata pemerintah akan kesengsaraan yang sedang dialami oleh rakyatnya karena saat ini pemerintah sedang merencanakan untuk menarik subsidi BBM yang tentu saja akan semakin memukul perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Apabila hal tersebut terjadi maka kalimat yang tepat untuk masyarakat adalah sudah jatuh tertimpa tangga, karena suka tidak suka, mau tidak mau penarikan subsidi BBM akan memicu kenaikan seluruh harga kebutuhan masyarakat, belum lagi kenaikan harga listrik akan semakin menambah sulit kehidupan ini.

Enam Presiden sudah memimpin Indonesia hingga saat ini, namun pada faktanya tidak ada yang dapat membawa masyarakat dan bangsa ini pada kesejahteraan yang sebenarnya. Pada era Soekarno ia selalu sibuk dengan revolusi bagi Indonesia dan bagaimana cara unrtuk mempertahankan kekuasaannya. Pada era Soeharto ia lebih memprioritaskan pada pembangunan yang dilandaskan pada hutang luar negeri dan KKN pada masa rezim otoritarian ini bukan merupakan hal yang aneh, kemudian pada masa B.J. Habibie kebijakan yang dikeluarkannya menghasilkan lepasnya Timor-Timor dari pangkuan Ibu Pertiwi. Pada masa Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ia hanya sibuk untuk terus melakukan kunjungan keluar negeri yang dalam waktu satu bulan bisa mencapai 2-4 kali yang tentu saja menghabiskan anggaran yang tidak sedikit jumlahnya. Masa Megawati Soekarno Putri banyak BUMN-BUMN yang dijual kepada pihak asing. Masa SBY-JK sekarang ini selain sibuk menjadi artis (penyanyi) dan tebar pesona banyak berbagai macam permasalahan yang tidak bisa mereka tuntaskan dikarenakan tidak adanya ketegasan dan keberanian dari mereka misalnya Lumpur Lapindo, hutang luar negeri dan privatisasi. KKN tetap menjadi permasalahan yang serius yang belum berhasil ditumpas oleh para pemimpin-pemimpin tadi. Mengapa demikian, karena tidak adanya keseriusan dari pemerintah, legislatif dan seluruh penyelenggara negara ini untuk menumpasnya, hal tersebut dikarenakan mereka sendiri merupakan bagian di dalamnya.

Segala macam permasalahan dan kesulitan yang dialami oleh segenap bangsa Indonesia seharusnya membuat kita harus lebih berkoreksi diri atas apa-apa saja yang telah kita lakukan atau perbuat selama ini, karena tidak mungkin suatu kesulitan itu terjadi atau tercipta apabila tidak ada kesalahan dari bangsa ini sendiri seperti firman Allah dalam surat Al-A’raf: 96:

Andai saja penduduk bumi beriman dan bertaqwa nisaya kami akan menurunkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu sehingga kami menyiksa mereka karena perbuatannya itu. (Q.S. Al-A’raf:96)

Mungkin kita semua terlalu sibuk akan urusan duniawi yang mengakibatkan kita melakukan segala macam hal yang dilarang oleh Tuhan YME. demi untuk pencapaian dunia kita tersebut. Korupsi, kolusi, dan nepotisme sudah menjadi hal yang biasa, kebejatan moral sudah menjadi suatu barang seni yang dianggap lumrah, kekikiran terhadap anak yatim dan orang tidak mampu telah menjadi hal yang dibiasakan, kemunafikan sudah menjadi kebiasaan, dan penindasan suka menjadi jadual harian yang harus dilaksanakan. Mungkin ini hanya sebagian kecil dari problematika yang sedang dialami oleh bangsa kita yang saya ketahui, semoga kedepan bangsa kita dapat bangkit dari keterpurukan ini dan dapat menjadi negara yang kaya, makmur pada arti yang sebenarnya dan dapat memberi kesejahteraan kepada rakyatnya. Amin Allahuma Amin….

Tidak ada komentar: