Mardanih
Kader Pimpinan Cabang
Pemuda Muhammadiyah Jagakarsa
lmu dan iman merupakan suatu kesatuan yang seharusnya tidak terpisahkan, karena apabila suatu ilmu tidak disertai dengan iman maka hal tersebut akan cenderung melampaui batas, salah satu contohnya ialah ketika Darwin mencetuskan suatu teori tentang asal usul manusia yaitu pada asalnya manusia itu berasal dari kera, hal tersebut jelas-jelas apabila dilihat dari kaca mata iman merupakan suatu penyimpangan yang melampaui batas.
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan fitrah yang bersih dan mulia di dalam diri setiap manusia, kemudian melengkapinya dengan bakat dan sarana pemahaman yang baik yang memungkinkan untuk manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar di jagat raya ini. Ilmu yang diperoleh manusia semestinya dapat membuahkan penanaman aqidah dan pendalaman keimanan yang tulus kepada Allah SWT. Keimanan merupakan kebutuhan fitrah setiap manusia di dunia ini disamping merupakan kebutuhan akal manusia. Manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan ini karena ia telah ditanamkan di dalam dirinya, dan manusia sendiri diciptakan dengan fitrah itu dan tidak hanya manusia yang di ciptakan dengan fitrah tersebut tetapi seluruh alam raya ini diciptakan dengan fitrah keimanan kepada Allah SWT.
Dalil atau ayat yang berkaitan dengan hal tersebut terdapat di dalam surat Al-A’raf:172 dan surat Al-Isra: 44:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “mereka menjawab, ‘’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan).” (QS Al-A’raf: 172)
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah SWT. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS Al-Isra’:44)
Hakikat hubungan antara ilmu dan iman adalah ilmu diikuti oleh iman secara langsung tanpa jeda, dan iman diikuti oleh gerakan hati yang tunduk dan khusyuk kepada Allah SWT. Dengan demikian ilmu akan membuahkan keimanan dan keimanan akan membuahkan kekhusyukan dan sikap taat dan tunduk kepada-Nya. Islam sendiri memerintahkan kepada manusia untuk berfikir (menggali ilmu sebanyak-banyaknya), tapi tentu saja tidak melampaui batas kemampuan manusia itu sendiri, hal tersebut dikarenakan kemampuan manusia terhadap ilmu atau segala sesuatunya ada batasannya atau sedikit, karena yang maha sempurna dan maha mengetahui tentang segala sesuatu di jagat raya ini hanyalah Allah SWT.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit” (QS Al-Isra’:85)
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada para malaikat lalu berfirman, ”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” Mereka berkata, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman, “Hai Adam beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS Al-Baqarah:31-33)
Di dalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali ungkapan-ungkapan yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang menandakan bahwasanya umat islam diwajibkan untuk berfikir untuk mencari tahu segala sesuatu yang tentu saja tidak melampaui batas kemampuan manusia itu sendiri, salah satu contohnya ialah di dalam Al-Qur’an banyak sekali ungkapan-ungkapan yang berbentuk pertanyaan, seperti tidakkah kalian berpikir? Tidakkah kalian memikirkan? Tidakkah kalian perhatikan? Tidakkah mereka memperhatikan? Tidakkah mereka berpikir? Ada juga ungkapan seperti bagi kaum yang memikirkan, bagi kaum yang mengetahui, dan bagi kaum yang berpikir. Tidak diragukan lagi bahwasanya Al-Qur’an dengan anjuran untuk memperhatikan dan berpikir yang diulanginya beberapa kali menjadikan aktifitas studi dan penelitian dalam berbagai bidang sebagai sebuah keharusan bagi umat Islam, selain itu juga Rasulullah SAW bersabda bahwasanya mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Oleh karena itulah Islam mewajibkan kepada umat untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya seperti peribahasa yang telah diungkapkan oleh Rasulullah SAW “Tuntutlah ilmu walau harus ke negeri China”.
Apabila saat ini umat manusia dapat menyeimbangkan antara ilmu dan iman maka tentu saja kehidupan sekarang ini bisa dipastikan akan menjadi lebih baik dibanding dengan sekarang ini. Tetapi yang terjadi saat ini adalah tidak seperti yang diharapkan, kesenjangan ekonomi dimana-mana, penindasan terhadap sesama manusia dimana-mana dan masih banyak lagi yang lainnya, sedangkan para penguasa yang notabenenya merupakan orang-orang yang berpendidikan (berilmu) lebih mementingan nafsu duniawinya (kepentingan individunya) dari pada kemaslahatan umat pada umumnya. Padahal jabatan atau kekuasaan yang dimilikinya merupakan amanat umat yang harus dijalaninya dengan sebaik-baiknya dan harus amanat, hal tersebut terjadi karena ilmu yang dimiliki oleh para pemegang kekuasaan tersebut tidak dibarengi dengan keimanan, yang menyebabkan kebejatan moral para penguasa tersebut yang hanya memikirkan kepentingan individu dan golongannya sendiri.
Oleh sebab itulah ilmu dan iman harus terus berjalan berdampingan, agar tidak melampaui batas, dan agar tercipta keseimbangan, karena apapun bentuknya apabila tidak diiringi dengan kekuatan iman maka akan melampaui batas yang tidak hanya merugikan satu orang saja tapi juga akan membawa kemudharatan bagi umat…
Semoga kita semua senantiasa dapat memadukan ilmu dan iman yang kita miliki agar senantiasa tercipta keseimbangan diantara keduanya, yang Insya Allah dapat membawa kemaslahatan kepada diri kita sendiri dan umat pada umumnya. Amin Allahuma Amin…
Referensi :
· Al-Qur’an Nulkarim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar